Selasa, 30 Agustus 2016

Kontribusiku Bagi Indonesia

Euforia menjadi sarjana begitu terasa saat tali kuning yang berada di toga dipindahkan oleh rektor Universitas Negeri Gorontalo tahun 2013 silam. Terasa sangat lega karena perjuangan kurang lebih empat tahun terbayar sudah. Namun semua kesenangan itu buyar ketika ada suara yang mengatakan bahwa ini adalah awal cerita baru dan waktunya untuk berbuat sesuatu bagi bangsa ini.
Sejak awal tidak pernah terlintas di benak ini untuk menjadi seorang guru, karena tujuan saya belajar bahasa inggris adalah untuk bisa berbicara dengan orang asing. Bagi saya ada sensasi tersendiri yang dirasa ketika bisa berkomunikasi dalam bahasa inggris dengan penutur aslinya. Akan tetapi kehidupan di kampus telah mengubah mindset ini untuk bagaimana bisa membagi ilmu atau keahlian yang kita miliki kepada orang lain.
Adalah sebuah keuntungan bagi saya dapat lahir dan berkembang di Gorontalo, karena hal inilah yang membuat saya bisa mengetahui adat budaya sekaligus tempat-tempat tujuan wisata yang ada disini . Berbekal ini dan kemampuan berbahasa inggris, saya bisa memperkenalkan Gorontalo kepada wiasatawan domestik dan internasional dengan bekerja sebagai pemandu wisata. Bahkan di tahun 2011 lalu Dinas Pariwisata provinsi mempercayakan saya sebagai tour guide untuk memandu perwakilan duta besar dari negara uni eropa dan asia. Ada kebanggan tersendiri yang saya rasakan ketika bisa mempromosikan daerah kelahiran kita.

Semangat berprestasi dan membangun Gorontalo yang lebih baik membawa saya sampai ke dunia internasional. Tepatnya tahun 2013 silam ketika saya terpilih untuk mewakili Gorontalo dan Indonesia dalam kegiatan program pertukaran pemuda Indonesia-Australia. Momentum ini saya gunakan untuk mengenalkan Indonesia khususnya  Gorontalo di Australia. Salah satu tahapan yang diperoleh dari program ini adalah workplacement atau kesempatan untuk berkarir di tempat tertentu. Beruntung sekali saya ditempatkan sesuai dengan bidang keahlian yaitu sekolah SD dan SMP secara bergantian. Kesempatan ini saya gunakan untuk mempromosikan banyak hal seperti bahasa, tarian, pakaian adat, hingga tempat wisata. Sensasinya tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata, karena ini adalah mimpi saya sejak kecil untuk bisa mengenalkan Indonesia teristimewa Provinsi tercinta Gorontalo ke mata dunia.

Semangat nasionalisme serasa terisi penuh ketika kembali ke kampung halaman. Dalam hati saya berkata, apa gunanya sudah jauh-jauh berangkat ke Australia akan tetapi tidak bisa berbuat sesuatu bagi daerah saya. Tercetuslah ide untuk menyelenggarakan sebuah kegiatan sosial yang saya beri nama “Pondok of English and Tamyiz”. Program ini bermuatan pembelajaran bahasa inggris dan pelatihan tamyiz yang dijalankan secara terpisah kepada siswa-siswi SD, SMP dan SMA yang berada di kampung halaman saya. Hal ini saya lakukan karena pembelajaran bahasa inggris di lingkungan sekolah mereka umumnya terlalu teoritis, sehingga anak-anak menjadi mudah bosan. Ditambah lagi dengan implementasi kurikulum 2013 yang menghilangkan pelajaran bahasa inggris di level SD. Terkait dengan tamyiz, dapat saya katakan ini adalah metode baru dalam menerjemahkan Al-Quran dengan cara menyanyi untuk menghafal kata-katanya.  Harapan saya adalah dengan kombinasi bahasa inggris dan pemahaman isi kandungan Al-Quran, akan tercipta generasi yang bisa bersaing di era Globalisasi dengan tetap meletakkan nilai agama sebagai fondasinya.
Jika sekiranya saya berhasil mendapatkan beasiswa LPDP ini, sepulangnya nanti saya akan mengembangkan kegiatan sosial yang saya sudah jalankan. Selain itu semangat untuk berbagi ilmu pun akan terus saya lanjutkan dengan mengabdikan diri di sekolah atau univesrsitas.
Pada bagian akhir ini saya ingin mengatakan bahwa hal penting yang harus kita cermati adalah dalam hidup kita harus mempunyai mimpi, kemudian mimpi itu harus kita wujudkan.

Sukses Terbesar Dalam Hidupku

Lulus dalam menempuh pendidikan di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah sesuatu yang sangat melegakan setelah berjibaku dengan begitu banyak materi pelajaran baik yang disukai ataupun sebaliknya. Akan tetapi fase ini juga yang menandai awal yang baru dalam hidup saya.
Tahun 2008 semuanya dimulai, pada saat itu saya memberanikan diri untuk mendaftarkan diri di Universitas Negeri Gorontalo. Masih teringat jelas semuanya berlangsung dengan kondisi keuangan keluarga yang tidak mendukung, namun itu tidak saya jadikan alasan untuk meraih impian masa depan. Singkat cerita saya diterima untuk melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah di Jurusan pendidikan Bahasa Inggris sesuai harapan. Inilah yang menjadi awal titik balik atau transisi mindset yang saya rasakan.
Lingkungan kampus ternyata didisi oleh putra-putra terbaik bukan hanya berasal dari daerah Gorontalo, akan tetapi cukup banyak juga yang berasal dari daerah lain seperti Sulawesi utara, Sulawesi tengah, bahkan ada yang datang jauh-jauh dari papua. Fenomena ini membuka mata saya akan beragamnya suku di Indonesia dan pentingnya untuk saling menghargai satu sama lain, bahkan yang lebih membuat saya tercengang yaitu perjuangan mereka ternyata jauh lebih berat. Tinggal  jauh dari orang tua, harus menyesuaikan dengan lingkungan baru, sampai kondisi keuangan keluarga ternyata ada yang lebih menyedihkan. Saya pun berujar didalam hati bahwa saya tidak akan kalah dengan perjuangan mereka.
Tumbuh besar di lingkungan yang jauh dari perkotaan ternyata membawa dampak positif, karena mindset yang tumbuh dalam fikiran saya adalah hidup itu harus bersosialisasi dengan orang-orang sekitar kita. Hal inilah yang membuat saya dengan mudah bisa mendapatkan banyak teman baru tidak hanya dari Gorontalo tapi juga dari daerah lain. Karena rasa solidaritas yang tinggi tidak jarang saya berani untuk menyuarakan aspirasi teman-teman tentang masalah-masalah seperti mata kuliah yang sulit, pemerataan pemberian beasiswa,  sampai dosen-dosen yang KUDIS (Kurang Displin) kepada pihak Jurusan. Hingga pada suatu saat mereka mempercayakan kepada saya untuk menjadi ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris tepatnya pada tahun 2010, ini kali pertama saya menjadi seorang ketua dan mengemban tanggung jawab yang besar. Fase ini juga tanpa disadari menjadi tahap character building bagi saya karena dapat mengembangkan skill yang tidak didapat dari bangku kuliah seperti public speaking dalam bahasa Indonesia, leadership, dan management, serta yang paling penting lagi adalah saya dapat memahami betapa indahnya rasa brotherhood (persaudaraan) diantara sesama teman sejawat walaupun tidak diikat oleh hubungan darah.
Eksistensi dalam organisasi membawa banyak pengaruh positif, salah satunya yaitu pihak Jurusan memasukkan nama saya sebagai penerima beasiswa sampai dengan akhir studi.  Berkat hal ini, saya mampu untuk membayar biaya kuliah dan skripsi tanpa membebani orang tua.
        Selain itu organisasi juga membuat saya bisa mengenal mahasiswa-mahasiswa senior yang sudah berprestasi di level nasional bahkan internasional. Mereka sangat menginspirasi untuk bisa berprestasi dan memberikan sesuatu bagi bangsa ini atau setidaknya bagi daerah saya. Sampai pada suatu saat saya ditunjuk oleh pihak kampus untuk mengikuti seleksi pemilihan Duta Bahasa tingkat provinsi yang diselenggarakan oleh Kantor Bahasa Provinsi Gorontalo. Pada akhirnya saya terpilih sebagai Duta Bahasa provinsi Gorontalo tahun 2010 , ini adalah awal kiprah prestasi  di level provinsi dan Nasional. Setahun berselang, Kantor Bahasa kembali menunjuk saya untuk menjadi anggota kontingen Provinsi Gorontalo untuk kegiatan Jambore Bahasa dan Sastra (JAMBASTRA) yang diikuti oleh semua Provinsi di Indonesia.
        Keaktifan di organisasi dan kegiatan diluar kampus bagi sebagian mahasiswa membuat aspek akademik mereka terabaikan, dampaknya adalah indeks prestasi yang menurun. Beruntung hal ini tidak terjadi kepada saya karena mahasiswa yang sukses itu adalah ketika dia bisa menyeimbangkan antara organisasi dan akademik. Alhasil, saya pun mampu menyelesaikan kuliah dengan status sebagai salah satu wisudawan dengan IPK tertinggi dan sederet prestasi.
Pada akhirnya saya menyadari bahwa lingkungan kampus benar-benar mengubah pola fikir saya menjadi seorang yang visioner dan untuk menjadi agent of change. Saya juga ingin mengatakan bahwa pendidikan bukan milik orang yang bermateri akan tetapi milik orang-orang yang berusaha untuk meraihnya.




 

Minggu, 22 Februari 2015

The story about darkness and happiness

Ini adalah satu ceritaku ketika internship (magang kerja) di Australia sebagai bagian dari program pertukaran pemuda Indonesia-Australia.
       Taboo, itulah kata yang paling tepat untuk mengidentikkan sihir, ilmu gaib, atau sesuatu yang ajaib. Rasanya sangat senang bisa mendapatkan workplacement di sekolah ini, karena sejauh ini sudah banyak hal yang saya pelajari, mulai dari peraturan sekolah, sistem pembelajaran, teaching method, sampai style para guru. Selain itu sayapun mendapatkan banyak kesempatan untuk menampilkan wajah Indonesia disini, sangat bangga rasanya.
Dari sekian banyak hal yang terjadi, ada yang tidak biasa. Saya temukan satu kelas yang secara khusus mempelajari tentang “witchcraft”, baik itu sejarahnya, simbol-simbol, pelaku dan bagaimana mereka melakukannya. Waktu saya di sekolah hanya sebatas belajar mahluk-mahluk gaib secara umum, untuk lebih detailnya kita tidak mendapatkan pengetahuan, karena ini adalah hal yang sangat berkaitan erat dengan spiritual dan diluar akal sehat, itulah kenapa dikatakan tabu. Orang-orang dewasapun cenderung menghindari topik ini.
Yang terjadi di sekolah ini adalah ilmu sihir dan semacamnya dipandang sebagai sesuatu yang patut dipelajari karena didalamnya terkandung sejarah besar yang perlu untuk diketahui. Adu argumen tidak dapat dihindarkan, tetapi pada akhirnya semua dikembalikan ke pribadi masing-masing.
Berangkat dari temuan itu, sayapun mendapatkan sebuah ide untuk melakukan sesuatu. Pada umumnya orang melihat magic hanya tentang darkness, akan tetapi ada sisi lain dari hal tersebut yang ternyata bisa memberikan manfaat kepada orang lain dan kepada diri kita sendiri. Saya menunjukkan beberapa permainan magic atau familiar dengan istilah sulap di Indonesia. Ternyata mereka (para siswa) sangat terkesan dengan penampilan magic itu dan sangat ingin tahu bagaimana itu bisa terjadi. Sayapun dengan senang hati membongkar rahasia permainan yang seharusnya tidak boleh dilakukan.  Mereka sangat antusias dan  ingin menampilkan permainannya kepada orang lain.
Di akhir sesi saya menjelaskan bahwa kepada siswa-siswa bahwa magic tidak hanya tentang kegelapan atau hal-hal buruk belaka, tetapi bisa juga untuk menghibur orang dengan seni misteri yang terkandung didalamnya. That is my passion of doing magic. Nama saya Arif, dan sampai jumpa di cerita selanjutnya.

Garis Takdir

Garis takdir
Kemarin dia begitu nyata menunjukkan kemilaunya
Hingga cahaya matahari pun takkan sanggup menatapnya
Namun perlahan tapi pasti kemilau itupun pudar
Dan tidak tahu kemana lagi dia kan berlabuh

Garis takdir
Kemarin dia sangat agung dan penuh mukjizat
Hingga tak ada satupun suara yang menyamainya
Namun suara itu hilang bak tenggelam di dasar nirwana
dan hanya menyisakan gema

garis takdir
kemarin dia begitu tangguh
hingga bersamnya, akupun tak ragu untuk menjinakkan laut ganas
namun detik ini entah keanehan apa yang menimpanya
dia bahkan tak berharap ada ombak lagi yang muncul

garis takdir
yang kukira akan bisa kumilki selamnya
yang kuharap akan bisa membimbingku
yang kupercaya lebih dari diriku sendiri
namun,
dia putuskan untuk mematahkan garis takdir itu
menjadi serpihan-serpihan yang tidak bernilai lagi.



HUJAN


                                                 “HUJAN”

Hari ini,,,,,,,,
Kau telah mengajariku untuk tidak lagi menghargai perasaan
Kau telah mengajariku untuk hidup dalam kebohongan
Dan hari ini juga,,,,,
Kau yang memintaku
Untuk melupakan hujan yang sudah kita bangun dengan darah

Hari ini,,,,,,,,
Adalah hari yang kau pilih
Untuk merobek langit hitam nan indah
menjadi serpihan serpihan kecil yang nanti akan menghilang
hingga dia tidak akan bisa lagi meneruskan cahaya matahari
hingga dia tidak bisa lagi menurunkan hujan kita
dan hujan pun tidak akan  pernah terlihat lagi

Hari ini,,,,,
Aku ingin berkata
Aku bukanlah orang yang suka dan pandai dalam membuat puisi
Tetapi jika ada orang yang bertanya tentang hujanku
Maka jawabannya adalah..................

Hanya aku dan Tuhan yang tahu